Bismillah...

Kode Etik Guru

Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap warga guru PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di Masyarakat. Dengan demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan cabang dan pengurus daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam kongres XIII di jakarta tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989 di Jakarta.

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, dan Negara serta kemanusian pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setiap pada Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas  terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagaimana  tertuang dalam hasil Kongres XX PGRI di Palembang Nomor : 006/Kongres/XX/PGRI/2008 Tanggal 3 Juli 2008 terlampir berikut :
   
PEMBUKAAN
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Guru PGRI menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.
Guru PGRI selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru PGRI memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Guru PGRI adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik, yang dalam melaksankan tugas berpegang teguh pada prinsip "ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip tersebut Guru PGRI ketika menjalankan tugas-tugas profesionalnya dituntut memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Guru PGRI bertanggung jawab mengantarkan siswanya untuk mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan dengan bangsa lain di negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Kondisi seperti itu bisa mengisyaratkan bahwa guru dan profesinya merupakan komponen kehidupan yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini sepanjang zaman. Hanya dengan pelaksanaan tugas guru secara profesional hal itu dapat diwujudkan eksitensi bangsa dan negara yang bermakna, terhormat dan dihormati dalam pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia ini.
Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif dan produktif sebagai aset nasional dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan di masa datang.
Dalam melaksanakan tugas profesinya Guru PGRI menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.

BAGIAN SATU
Pengertian,Tujuan,dan Fungsi
Pasal 1
  1. Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru PGRI sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam meiaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
  2. Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.
Pasal 2
  1. Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang.
  2. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta  didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan.
BAGIAN DUA
Sumpah/Janji Guru PGRI
Pasal 3
  1. Setiap guru mengucapkan sumpah/janji Guru PGRI sebagai wujud pemahaman, penerimaan, penghormatan, dan kesediaan untuk mematuhi nilai-nilai moral yang termuat di dalam Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
  2. Sumpah/janji Guru PGRI diucapkan di hadapan pengurus organisasi profesi guru dan pejabat yang berwenang di wilayah  kerja  masing-masing.
  3. Setiap pengambiian sumpah/janji Guru PGRI dihadiri oleh penyelenggara satuan   pendidikan.
Pasal 4
  1. Naskah sumpah/janji Guru PGRI dilampirkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Kode Etik Guru Indonesia.
  2. Pengambilan sumpah/janji Guru  PGRI dapat dilaksanakan secara perorangan atau kelompok sebelum melaksanakan tugas.
BAGIAN TIGA
Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional
Pasal 5

Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :
  1. Nilai-nilai agama dan Pancasila.
  2. Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
  3. Nilai-nilai jatidiri, harkat, dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Pasal 6

     1 Hubungan Guru dengan Peserta Didik :
         a. Guru berprilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing,
             mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
         b. Guru membimbing peserta didik untuk rnemahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan
             kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.
         c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan   masing-
             masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
         d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses
             kependidikan.
         e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha menciptakan,
             memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai ingkungan
             belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.
         f.  Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan
             diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.
         g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi
             perkembangan negatif bagi peserta didik.
         h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik
             dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
          i.  Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta
             didiknya.
          j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
         k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak seserta
             didiknya.
          I. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan
              dan perkembangan peserta didiknya.
         m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi
              yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
          n. Guru tidak membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya
              dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
          o. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-
              cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.
          p. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya
              untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

    2 Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Murid :
         a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan orangtua/wali siswa
             dalam melaksanakan proses pendidikan.
         b. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai perkembangan
             peserta didik.
         c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan orangtua/walinya.
         d. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi daiam memajukan dan
             meningkatkan kualitas pendidikan.
         e. Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan kemajuan
             peserta didik danproses kependidikan pada umumnya.
         f.  Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi denganya berkaitan dengan
             kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan.
         g. Guru tidak melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali siswa
             untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

    3 Hubungan Guru dengan Masyarakat :
         a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien dengan mayarakat
             untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
         b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas
             pendidikan dan pembelajaran.
         c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
         d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat
             profesinya.
         e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam
             pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.
         f.  Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral, dan
             kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.
         g. Guru tidak membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat.
         h. Guru tidak menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan bermasyarakat. 

    4 Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat :
         a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
         b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses
             pendidikan.
         c. Guru  menciptakan  suasana sekolah yang kondusif.
         d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah.
         e. Guru menghormati rekan sejawat.
         f.  Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.
         g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan dengan standar
             dan kearifan profesional.
         h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh secara profesional
            dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.
         i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat profesional
            berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.
         j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam setiap tindakan
            profesional dengan sejawat.
        k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan keefektifan
            pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
         I. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama,moral,
            kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
        m. Guru tidak mengeluarkan pernyataan keliru berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat
             atau calon sejawat.
         n. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan marabat
             pribadi dan profesional sejawatnya.
         o. Guru tidak mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar pendapat siswa
             atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
         p. Guru tidak membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan-pertimbangan yang dapat
             dilegalkan secara hukum.
         q. Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung akan
             memunculkan konflik dengan sejawat.

    5  Hubungan Guru dengan Profesi :
         a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
         b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan mata pelajaran
             yang diajarkan.
         c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
         d. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-
             tugas profesional dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
         e. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas
             dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
         f.  Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapatyang akan merendahkan martabat
             profesionalnya.
         g. Guru tidak menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau
             tindakan-tindakan profesionalnya.
         h. Guru tidak mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab
             yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.

   6  Hubungan Guru dengan Organisasi Profesinya :
         a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam melaksanakan
             program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.
         b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan manfaat
             bagi kepentingan kependidikan.
         c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan komunikasi
             pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.
         d. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas
             organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
         e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif
             individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
         f. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan martabat dan
             eksistensi organisasi profesinya.
         g. Guru tidak mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari
             organisasi profesinya.
         h. Guru tidak menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa alasan yang dapat
             dipertanggungjawabkan.

   7 Hubungan Guru dengan Pemerintah :
         a. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan bidang pendidikan
             sebagaimana ditetapkan dalam DUD 1945, UU tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-
             Undang tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan lainnya.
         b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang berbudaya.
         c. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam
             kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
         d. Guru  tidak menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan pendidikan
             untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
         e. Guru tidak melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.

BAGIAN EMPAT
Pelaksanaan, Pelanggaran, dan Sanksi
Pasal 7
  1. Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan Kode Etik Guru Indonesia.
  2. Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru Indonesia kepada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah.
Pasal 8
  1. Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan Kode Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru.
  2. Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
  3. Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan, sedang, dan berat.
Pasal 9
  1. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik Guru Indonesia menjadi wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
  2. Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.
  3. Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
  4. Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.
  5. Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang.
  6. Setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasihat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
BAGIAN LIMA
Ketentuan Tambahan
Pasal 10

Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di Indonesia wajib mematuhi Kode Etik Guru Indonesia dan peraturan perundang-undangan.

BAGIAN ENAM
Penutup
Pasal 11
  1. Setiap guru  harus secara  sungguh-sungguh menghayati, mengamalkan, serta menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia.
  2. Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus memilih organisasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
  3. Dewan Kehormatan Guru Indonesia menetapkan sanksi kepada guru yang telah secara nyata melanggar Kode Etik Guru Indonesia.
 SUMPAH GURU INDONESIA
  
Demi Allah 1*)
Sebagai Guru Indonesia saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan :
  1. Membaktikan diri saya untuk tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran peserta didik guna kepentingan kemanusian dan masa depannya;
  2. Mmelestarikan dan menjunjung tinggi martabat guru sebagai profesi terhormat dan mulia;
  3. Melaksanakan tugas saya sesuai dengan kompetensi jabatan guru;
  4. Melaksanakan tugas saya serta bertanggungjawab yang tinggi dengan mengutamakan kepentingan peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara serta kemanusiaan;
  5. Menggunakan keharusan profesional saya semata-mata berdasarkan nilai-nilai agama dan Pancasila;
  6. Menghormati hak asasi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang guna mencapai kedewasaannya sebagai warga Negara dan bangsa Indonesia yang bermoral dan berakhlak mulia;
  7. Merusaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan keharusan profesional;
  8. Berusaha   secara   sungguh-sungguh   untuk melaksanakan tugas guru tanpa dipengaruhipertimbangan unsur-unsur di luar kependidikan;
  9. Mmemberikan penghormatan dan pernyataan terima kasih pada guru yang telah mengantarkan saya menjadi guru Indonesia;
  10. Menjalin kerjasama secara sungguh-sungguh dengan rekan sejawat untuk menumbuh kembangkan dan meningkatkan profesionalitas guru Indonesia;
  11. Berusaha untuk menjadi teladan dalam berperilaku bagi peserta didik dan masyarakat;
  12. Menghormati, menaati dan mengamalkan Kode Etik Guru Indonesia.


Saya ikrarkan sumpah/janji*) ini secara sungguh sungguh dengan mempertaruhkan kehormatan saya sebagai guru profesional.
  


              Pejabat pengambil sumpah/janji,                                               Guru yang bersangkutan,
1*) diucapkan salah satu sesuai dengan agama/kepercayaan masing-masing.


IKRAR GURU
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
  1. Kami Guru PGRI, adalah insan pendidik bangsa yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Kami Guru PGRI, adalah pengemban dan pelaksana cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, pembela dan pengamal Pancasila yang setia pada Undang-Undang Dasar1945.
  3. Kami Guru PGRI, bertekad bulat mewujudkan tujuan nasional dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
  4. Kami Guru PGRI, bersatu dalam wadah organisasi perjuangan Persatuan Guru Republik Indonesia, membina persatuan dan kesatuan bangsa yang berwatak kekeluargaan.
  5. Kami Guru PGRI, menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman tingkah laku profesi dalam pengabdian terhadap bangsa, negara, serta kemanusiaan.

--------------------------
Sumber : pgrijateng.org/