Bismillah...

Poligami

Poligami merupakan pernikahan suami kepada lebih dari satu istri, Islam menetapkan bahawa seorang lelaki boleh berkahwin dengan lebih dari seorang perempuan tetapi tidak melebihi empat orang sedangkan poliandri tidak diperbolehkan.

Dalil utama berpoligami dalam firman Allah SWT dalam surah an-Nisa’, ayat 3 :
“Dan jika kamu takut tidak berlaku adil terhadap perempuan-perempuan yatim (apabila kamu berkahwin dengan mereka), maka berkahwinlah (dengan) perempuan-perempuan lain yang kamu berkenan, dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu bimbang tidak akan berlaku adil (di antara isteri-isteri kamu) maka (berkahwinlah dengan) seorang sahaja, atau memadailah dengan hambahamba perempuan yang kamu miliki. Itu adalah lebih dekat (untuk mencegah) supaya kamu tidak melakukan kezaliman ”.

Pandangan-pandangan terhadap Poligami
Menurut Dr. Muhammad al-Bahi dalam bukunya yang diterjemahkan ke bahasa Melayu oleh Fathurrahman (1988),
poligami bukanlah suatu prinsip yang wajib dilaksanakan di dalam syariah Islam sehingga boleh menyebabkan berdosa jika tidak mengamalkannya. Poligami hanya merupakan perkara harus dan satu rukhsah (keringanan) dalam keadaan darurat. Jelasnya di sini walaupun bahasa yang digunakan di dalam ayat di atas berunsur perintah, ia bukanlah membawa kepada makna wajib dilaksanakan. Bahkan jika diamati ia boleh membawa kepada suatu tegahan dan haram hukumnya jika suami yang berpoligami tidak berupaya berlaku adil dan mengakibatkan penganiayaan terhadap isteri yang dikahwini.

Menurut Prof. Dr. Musdah Mulia, MA, dosen pasca sarjana UIN syarif Hidayatullah,
“Poligami itu haram lighairih, yaitu haram karena adanya dampak buruk dan ekses-ekses yang ditimbulkannya.”

Menurut Prof. Dr. Quraish Shibab,
“Poligami itu mirip dengan pintu darurat darurat dalam pesawat terbang, yang hanya boleh dibuka dalam keadaan emergency tertentu.”

Dr. KH. Miftah Faridh (Direktur PUSDAI Jabar), juga memiliki pandangan yang sama,
“Poligami dalam pandangan islam merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk memecahkan berbagai masalah sosial yang dihadapi manusia. Poligami tidak perlu dipertentangkan , apalagi sampai menimbulkan keretakan ukhuwah Islamiyah, adapun jika ada yang belum siap melakukannya, itu lain persoalan.”

Direktur utama Pusat Konsultasi Syariah, Dr. Surahman Hidayat, mengatakan , “Nikah itu baik poligami atau monogamy, tidak untuk menzalimi siapa pun. Justru untuk tegaknya kebahagiaan, yang pada gilirannya terwujud rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahman.”

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Poligami
Faktor-Faktor Biologis
a. Istri yang sakit
    Adanya seorang istri yang menderita suatu penyakit yang tidak memungkinkan baginya untuk
    melayani hasrat seksual suaminya.
b. Hasrat Seksual yang Tinggi
    Sebagian kaum pria memiliki gairah dan hasrat seksual yang tinggi dan menggebu, sehingga    
    baginya satu istri dirasa tidak cukup untuk menyalurkan hasratnya tersebut.
c. Rutinitas Alami Setiap Wanita
    Adanya masa-masa haid, kehamilan dan melahirkan, menjadi alasan utama seorang wanita tidak
    dapat menjalankan salah satu kewajiban terhadap suaminya.
d. Masa Subur Pria Lebih Lama

Faktor Internal Rumah Tangga
a. Kemandulan
b. Istri yang Lemah tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas rumahtangganya dengan baik.
c. Kepribadian istri yang Buruk dan tidak bisa diperbaiki lagi.

Faktor Sosial
a. Banyaknya Jumlah Wanita
b. Kesiapan Menikah dan Harapan Hidup pada Wanita
c. Berkurangnya Jumlah Kuam Pria
d. Lingkungan dan Tradisi
e. Kemampuan Ekonomi

Syarat-syarat Poligami
1.  Membatasi jumlah istri yang akan dinikahinya dengan boleh menikah lebih dari empat orang istri.
2.  Diharamkan mengumpulkan wanita-wanita yang masih ada tali persaudaraan menjadi istrinya.
3.  Disyaratkan berlaku adil
     - Berlaku adil terhadap diri sendiri (mengukur kemampuan lahir batin suami)
     - Berlaku adil terhadap para istri
        Adil memberi nafkah
        Adil dalam menyediakan tempat tinggal
        Adil dalam giliran
        Anak-anak juga mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan, pemeliharaan serta kasih
        sayang yang adil dari seorang ayah.
4. Tidak menimbulkan mudharat bagi istri maupun anak.
     Karena, diperbolehkan poligami dalam Islam adalah untuk menjaga kepentingan semua pihak.
     Jika tidak dapat  maka seseorang yang berpoligami pada saat itu adalah berdosa.
5. Mampu menafkahi(nafkah lahir),

Poligami bukanlah dipelopori  oleh agama Islam sebagaimana yang didakwa oleh sesetengah masyarakat Islam dan bukan Islam. Ia sebenarnya telah diamalkan zaman berzaman oleh masyarakat China,Yunani, Kristian dan Yahudi.

Poligami menjadi bukti kesempurnaan hukum Islam kerana dapat mengelakkan manusia daripada melakukan zina dan perlakuan membela perempuan simpanan yang pastinya menzalimi diri dan wanita. Namun begitu poligami diharuskan untuk dinikmati dan digunakan dengan penuh tanggungjawab.

Kecacatan poligami sebenarnya bukanlah dari segi prinsip tetapi lebih kepada perlaksanaannya yang menyimpang dari landasan syariat.