Bismillah...

Kepemimpinan dalam Islam

Beberapa Kriteria Kepemiminan dalam Islam
     Kepemimpinan setelah Rasulullah SAW , merupakan pemimpin yang harus memiliki kualitas spiritual yang sama dengan Rasul, terbebas dari segala bentuk dosa, memiliki pengetahuan yang sesuai dengan realitas, tidak terjebak dan menjauhi kenikmatan dunia,serta harus memiliki sifat adil.    
     Oleh sebab itu ia haruslah pengetahui cita rasa spritual yang sesuai dengan realitasnya, agar ketika menyampaikan sesuatu pesan maka ia paham betul akan makna yang sesungguhnya dari realitas (cakupan) spiritual tersebut. Ketika pemimpin memiliki kualitas spiritual yang sama dengan rasul maka pastilah ia terbebas dari segala bentuk dosa.Terdapat beberapa kriteria dalam konsep kepemimpinan dalam islam.

Beberapa aspek seseorang pantas menjadi seorang pemimpin dengan melihat  diantaranya :
> Menggunakan Hukum Allah :(Qs:4:59), (Qs:7:3), (Qs:5:44), (Qs:545),(Qs:5:47),(Qs:5:50),(Qs:5:51)
Dari beberapa ayat diatas, bisa disimpulkan, bahwa pemimpin dalam islam adalah mereka yang senantiasa mengambil dan menempatkan hukum Allah dalam seluruh aspek kepemimpinannya.

> Tidak meminta jabatan, atau menginginkan jabatan tertentu
     karena jabatan adalah amanah, amanah kepemimpinan dilakukan dengan ;
     1. Ikhlas.
     2. Amanah
     3. Memiliki keunggulan dari para kompetitor lainnya.
     4. Menyebabkan terjadinya bencana jika dibiarkan jabatan itu diserahkan kepada orang lain.

> Kuat dan amanah
     "Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orangyang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambiluntuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (Qs : 28: 26).

> Profesional
     "Sesungguhnya Allah sangat senang pada pekerjaan salah seorang di antara kalian jikadilakukan dengan profesional" (HR : Baihaqi)

> Tidak aji mumpung karena KKN
     Rasulullah SAW, "Barang siapa yang menempatkan seseorang karena hubungankerabat, sedangkan masih ada orang yang lebih Allah ridhoi, maka sesungguhnya dia telahmengkhianati Allah, Rasul-Nya dan orang mukmin". (HR Al Hakim).Umar bin Khatab; "Siapa yang menempatkan seseorang pada jabatan tertentu, karenarasa cinta atau karena hubungan kekerabatan, dia melakukannya hanya atas pertimbanganitu, maka seseungguhnya dia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin".

> Menempatkan orang yang paling cocok
     "Rasulullah menjawab : jika sebuah perkara telah diberikan kepada orang yang tidaksemestinya (bukan ahlinya), maka tunggulah kiamat (kehancurannya)". (HR Bukhari).Dalam konteks hadits ini, setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita cermati,

1. Seorang pemimpin harus bisa melihat potensi seseorang.
     Ketidakmampuan pemimpin dalam hal ini hanya akan membuat jama'ah atau organisasi yang di pimpinnya
    menjadi tidak efektif dan efisien, bahkan tidak sedikit kesalahan pemimpin dalam hal ini menimbulkan
    kekacauan yang membawa kepada kehancuran.

2. Bisa mengasah potensi seseorang.
     Selain ia bisa melihat potensi pada diri seseorang, seorang pemimpin dengan caranya yang paling baik,
    ia bisa mengasah potensi mereka yang berada dalam kepemimpinannya.

3. Menempatkan seseorang sesuai dengan potensi yang ia miliki.
     "Right man in the right place", adalah ungkapan yang seringkali kita dengar. Bahwa menempatkan
     seseorang itu harus berada pada tempat yang paling tepat bagi orang tersebut serta penugasannya.

4. Mengatur setiap potensi dari mereka yang di pimpinnya menjadi satu kekuatanyang kokoh.
     Penempatan dan penggunaan masing-masing elemen sangat mempengaruhi bagaimana sebuah
     bangunan itu.

Kepemimpinan Islam Setelah Nabi
Bani Umayyah
     Sistem dan pola kepemimpinan Bani Umayyah secara umum dapat dikatakan menganut system monarkhi (turun temurun), karena meskipun pemerintahan Dinasti Umayyah memakai gelar khalifah namun cara pengangkatannya menyimpang dari keempat cara yang ditempu oleh pemerintahan khulafa’al-Rasyidin.
     Sistem khalifah al-Rasyidin berakhir untuk selama-lamanya setelah Muawiyah mengangkat putranya (Yazid) sebagai putra mahkota.
      Praktek kepemimpinan Dinasti Umayyah yang berbeda dengan khulafa’ al-Rasyidin adalah :
       a. unsure pengikat bangsa lebih ditekankan pada kesatuan politik dan ekonomi
       b. khalifah adalah jabatan sekuler dan berfungsi sebagai kepala pemerintahaneksekutif,
       c. dinasti ini bersifat ekslusif karena lebih mengutamakan orang-orang Arabduduk dalam
          pemerintahan
       d. dinasti ini tidak meninggalkan unsure agama dalam pemerintahan (formalitas agama tetap
          dipatuhi dan kadang menampilkan dirinya sebagai pejuang Islam),
       e. kurang melaksanakan musyawarah karenananya kekuasaan khalifah bersifat absolute
          walaupun belum begitu menonjol,

Kepemimpinan di negara2 Islam
Arab Saudi
     Kerajaan, Kepala negara dan pemerintahannya adalah raja.Kekuasaan eksekutip dilaksanakan oleh para pembantu raja yaitu Dewan Menteri. Tdk memiliki UU tertulis namun kaedah2 pokok yg terkandung dalam al-Qur’an dianggap sbg UU (system hukum yg dipakai adalah syariat Islam_al-Qur’an. Al-Sunnah dan ijtihad para ulama).Dengan demikian KSA tdk monarkhi absolute dan teokrasi krn kekuasaan dibatasi oleh syariat.

Pakistan
     Republik Islam Pakistan, Kepala negara presiden, dan kepala pemerintahan perdana menteri. Kekuasaan legislative DPR.3.

Maroko
     Kerajaan yg berkonstitusi dan demokratis, kedaulatan di tangan bangsa dan Islam adalah agama negara. Menganut system banyak partai. Hukum Islam hanya berlaku di bidang-bidang tertentu, perkawinan, waris dan wakaf menurut mazhab Mailiki.

Mesir
     Republik Arab Mesir, kepala negara dan pemerintahan presiden yg dipilih oleh DPR yg beranggotakan 458 orang. Negara demokrasi, sosialis yg didasarkan pada aliansi kekuasaan rakyat yg berpengaruh.Agama negara Islam dan bahasa resmi Arab.

Turki 
     Republik nasionalis, kerakyatan, kenegaraan, sekuler dan revolusionis, kedaulatan ditangan bangsa. Kepala negara adalah presiden
(Sumber: Muhadi Zainuddin,StudiKepimpinan Islam, Mohammad Tahir Azhari, Negara Hukum, J.Suyuthi Pulungan, FiqhSiyasah)

Moralitas Kepemimpinan Yang Baik Dan Buruk Menurut Al-Quran Dan Sunnah
Perspektif al-Qur’an :
1.Mencintai kebenaran al-Baqarah ayat 147,al-Maidah ayat 8
2.Dapat menjaga amanah dan kepercayaan orang lain al-Baqarah ayat166
3.Ikhlas dan memiliki semangat pengabdian al-Baqarah ayat 245
4.Baik dalam pergaulan masyarakat Fushshilat ayat 34
5.Bijaksana Yusuf ayat 22

Perspektif as-Sunnah
1. Memimpin utk melayani bukan utk dilayani,
HR. Abu Nai’m :  Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi (pelayan) mereka

2. Zuhud tehadap kekuasaan.
HR.Muslim : Kami tdk mengangkat org yg bermbisi kedudukan. HR. al-Bukhari dan Muslim= Wahai Abrurrahmanbin Suramah, janganlahkamu menuntut swt jabatan,sesungguhnya jika diberi krn krn ambisimu maka kamuakan menanggung segala bebannya, ttp jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamuakan ditolong mengatasinya.

3. Jujur dan tdk munafik.
HR. Ath-Thabrani : Akan dating sesudahku penguasa2 ygmemerintahmu, di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dg bijaksana,ttp bila turun dr mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati merekalebih busuk dari bangkai.

4. Memiliki visi Keummatan (terbebas dari fanatisme).
HR. Ahmad : Ya Rasulullah,apabila seseorang mencintai kaumnya, apakah ia tergolong fanatisme? Nabi sawmenjawab: tidak, fanatisme (asabiyah) ialah apabila seseorang mendukung(membantu) kaumnya atas suatu kezaliman.

5. Memiliki tanggung jawab moral.
HR. al-Bukhari dan Muslim : Semua kamu pemimpindan bertanggung jawab atas kepemimpinannya